
DINSOSP3AKB Pati Latih Relawan Tim SAPA, Perkuat Sistem Perlindungan Perempuan dan Anak
Pati, Lingkartv.com – Sebagai wujud komitmen dalam memperkuat sistem perlindungan terhadap perempuan dan anak, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DINSOSP3AKB) Kabupaten Pati menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Penguatan Tim SAPA untuk Peningkatan Kinerja DRPPA, DEKELA, dan Forum Anak”.
Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Lantai 1 Kantor DINSOSP3AKB Kabupaten Pati, pada Rabu (14/5), dan diikuti oleh 15 sekretaris desa dari berbagai kecamatan.
Narasumber utama dalam kegiatan ini adalah Anggia Widiari, S.SiT., M.Kes., selaku Sub Koordinator Pemberdayaan Perempuan DINSOSP3AKB Kabupaten Pati. Dalam paparannya, Anggia menyampaikan keprihatinannya terhadap tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak masih menjadi perhatian besar kita bersama,” ujar Anggia Widiari.
Data menunjukkan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terus meningkat, dan banyak di antaranya tidak terlaporkan akibat stigma serta terbatasnya akses terhadap layanan perlindungan. Menanggapi hal ini, DINSOSP3AKB mendorong penguatan sistem perlindungan melalui pembentukan Relawan Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA).
“Program SAPA ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat desa dan kelurahan agar mampu menjadi pelindung pertama bagi perempuan dan anak korban kekerasan. Relawan SAPA ini kami harapkan dapat berperan aktif dalam edukasi, advokasi, hingga pendampingan korban,” lanjut Anggia.
Keberadaan Relawan SAPA diyakini dapat mempercepat transformasi sosial menuju lingkungan yang lebih ramah perempuan dan anak. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan sosial tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan hasil dari keterlibatan aktif masyarakat.
Relawan SAPA memiliki peran strategis sebagai penghubung antara masyarakat dengan layanan perlindungan dari instansi pemerintah maupun lembaga non-pemerintah. Mereka diharapkan mampu mensosialisasikan nilai-nilai kesetaraan gender, mendampingi korban kekerasan, serta mendorong tumbuhnya budaya yang peduli dan responsif terhadap isu perempuan dan anak.
Program SAPA merupakan inisiatif Pemerintah Kabupaten Pati melalui DINSOSP3AKB dan terbuka untuk kolaborasi dengan LSM maupun komunitas lokal guna memastikan pelaksanaannya lebih optimal.

“Tugas utama para relawan SAPA nantinya: memberikan edukasi hak perempuan dan anak, melaporkan serta mendampingi korban kekerasan, menjadi penghubung dengan layanan perlindungan, mendorong terciptanya lingkungan yang aman, inklusif, dan responsif gender,” jelas Anggia.
Program ini disusun berdasarkan regulasi nasional dan daerah, termasuk Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga serta Peraturan Daerah Kabupaten Pati mengenai perlindungan korban kekerasan berbasis gender dan anak.
Peserta kegiatan berasal dari 15 desa di berbagai kecamatan, seperti Gabus, Jaken, Juwana, Pati, Sukolilo, Tlogowungu, dan Wedarijaksa. Mereka akan menjadi garda terdepan dalam mendeteksi, melaporkan, dan mendampingi korban kekerasan, sekaligus menjadi agen perubahan yang mendorong gerakan perlindungan berbasis komunitas.
Kegiatan ini didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Pati Tahun 2025, khususnya dari Sub Kegiatan Penyediaan Layanan Pengaduan Masyarakat bagi Perempuan Korban Kekerasan.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin memastikan bahwa setiap relawan SAPA tidak hanya memahami isu kekerasan terhadap perempuan dan anak, tetapi juga memiliki keterampilan dasar untuk mendampingi, berkomunikasi secara empatik, dan mendeteksi kasus sejak dini. Relawan dari 15 desa ini akan menjadi garda terdepan di komunitasnya masing-masing—mereka bukan hanya pelapor, tapi juga pelindung dan penggerak perubahan. Didasarkan pada regulasi nasional dan daerah, serta didukung oleh APBD Kabupaten Pati, kami ingin membangun jejaring perlindungan sosial yang kuat dan berkelanjutan. Harapannya, dari desa-desa inilah lahir masyarakat yang lebih ramah perempuan dan peduli pada anak,” ungkap Anggia Widiari.
Meski dihadapkan pada berbagai tantangan seperti keterbatasan sumber daya dan pelatihan, semangat para relawan SAPA tetap tinggi. Mereka menjadi simbol perubahan dalam paradigma perlindungan sosial yang kini lebih kolaboratif dan partisipatif.
Keberhasilan program ini juga ditopang oleh dasar hukum yang kuat, seperti Undang-Undang tentang Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan, Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta kebijakan terkait pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional.
Melalui pelatihan dan penguatan kapasitas ini, diharapkan para relawan SAPA mampu memperkuat jejaring perlindungan sosial di tingkat desa dan kelurahan, serta mempercepat transformasi sosial menuju masyarakat yang lebih ramah terhadap perempuan dan peduli pada anak secara berkelanjutan.
“Dari desa hingga ke kota, SAPA hadir, memberi harapan dan perlindungan bagi perempuan dan anak di seluruh pelosok negeri. Indonesia,” pungkas Anggia Widiari. (HMS – Lingkartv.com)