Peristiwa

Aphelion 2025: Saat Bumi di Titik Terjauh dari Matahari

Lingkartv.com – Aphelion, pernahkah kamu mendengarnya? Fenomena astronomi ini membuat matahari tampak sedikit lebih kecil di langit dan bisa jadi alasan kenapa di musim kemarau pagi hari sering lebih dingin. Pada 4 Juli 2025 mendatang, bumi akan mencapai titik terjauhnya dari matahari dengan jarak sekitar 152,1 juta kilometer.

Fenomena ini bukan tanda kiamat atau penyebab cuaca ekstrem, melainkan bagian wajar dari perjalanan bumi mengelilingi matahari setiap tahunnya. Lalu sebenarnya aphelion itu apa, kenapa bisa terjadi, dan apa pengaruhnya ke bumi? Yuk, simak penjelasannya!

Apa Itu Aphelion dan Kapan Terjadinya

Aphelion adalah titik terjauh orbit bumi dari matahari. Orbit bumi tidak bulat sempurna, melainkan berbentuk elips, sehingga jarak bumi-matahari selalu berubah sepanjang tahun. Ketika bumi berada di posisi terjauhnya.

Menurut situs astronomi In The Sky, aphelion 2025 terjadi tepat pada 4 Juli 2025 dengan jarak sekitar 152,093.251 km. Angka ini lebih jauh sekitar 5 juta km dibanding rata-rata jarak bumi-matahari, yang sekitar 149,6 juta km.

Kenapa Aphelion Bisa Terjadi?

Fenomena ini terjadi karena hukum gravitasi dan gerak planet yang ditemukan oleh Johannes Kepler. Orbit elips bumi membuat jarak ke matahari bervariasi. Kadang lebih dekat, kadang lebih jauh.

Meski jaraknya berubah, kecepatan revolusi bumi juga menyesuaikan. Bumi bergerak lebih lambat saat fenomena ini terjadi dan lebih cepat saat mendekati matahari. Siklus ini menjaga keseimbangan gerak bumi di tata surya dan berlangsung rutin setiap tahun.

Apa Dampak Aphelion pada Kehidupan di Bumi?

Secara umum, fenomena astronomi ini tidak berdampak langsung pada cuaca ekstrem atau musim yang kita rasakan. Perbedaan suhu di bumi lebih ditentukan oleh kemiringan sumbu bumi, bukan jarak ke matahari karena pada Juli posisi semu matahari berada di belahan utara, Indonesia mengalami musim kemarau dengan sinar matahari yang datang lebih miring, sehingga pagi hari terasa lebih dingin.

Saat aphelion, ukuran matahari yang terlihat dari bumi memang sedikit lebih kecil, sekitar 3% lebih kecil dibanding saat bumi berada di titik terdekat atau disebut perihelion. Namun, perubahan ini tidak kasatmata tanpa alat bantu.

BMKG menegaskan, bahwa fenomena astronomi ini tidak ada kaitannya dengan risiko bencana, gempa, atau cuaca ekstrem. Fenomena ini hanyalah bagian dari siklus orbit bumi yang rutin terjadi setiap tahun. (*)

Sumber: Istimewa

Editor: Luthfia Khoirun Nisa’

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari lingkartv.com

Artikel Terkait

Back to top button