
Jakarta, Lingkartv.com – Badan Gizi Nasional (BGN) merespons kasus dugaan keracunan makanan yang dialami ratusan pelajar di Kota Bogor, Jawa Barat, usai mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, menyampaikan bahwa pihaknya segera melakukan penanganan awal, termasuk pengujian laboratorium terhadap bahan dan makanan yang disajikan.
BGN juga memberikan teguran kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab atas pengelolaan makanan tersebut.
“Jika terjadi seperti ini kami itu biasa langsung ambil tindakan. Satu, cek sampel makanannya, benar enggak? Ini valid enggak? Memang benar dari makanannya gitu ‘kan. Sampel makanan selalu ada. Kalau memang valid itu sampel makanan, misalnya ada tongkol yang kurang baik, maka kami melakukan teguran keras itu kepada satuan pelayanan jika melakukan hal tersebut,” ujar Tigor di Jakarta, Selasa (13/5).
Ia menambahkan, BGN tetap akan bertanggung jawab dalam proses penanganan medis dan pembiayaan kepada para korban.
“Kemudian yang kedua, yang menjadi korban diberikan asuransi untuk membayar biaya kesehatannya. Kami bekerja sama dengan puskesmas (menanggung) seluruh biaya pengobatan itu oleh BGN,” lanjutnya.
Selain penanganan langsung, BGN juga akan memberikan pelatihan ulang bagi SPPG terkait, khususnya kepada petugas penjamah makanan, guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Tigor juga menekankan pentingnya pengawasan terhadap pemasok bahan makanan. Jika ditemukan ketidaksegaran atau masalah pada bahan, BGN akan menelusuri asal bahan tersebut dan menghentikan kerja sama dengan pemasok yang bermasalah.
“Membeli bahan makanan ‘kan itu dengan supplier ya, nah dia harus cek supplier itu dari mana dia dapatnya. Kalau sumbernya itu dari bahan makanan, jadi bahan makanannya harus kita cek dari mana asal supplier-nya. Begitu kita tahu supplier-nya maka kita akan berikan teguran ke supplier tersebut. Kalau dia tidak ada perbaikan kita stop supplier tersebut,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa misi Presiden RI Prabowo Subianto dalam pelaksanaan program MBG adalah menciptakan sistem yang bebas dari kasus keracunan, yang sejalan dengan komitmen BGN.
“BGN itu sangat ingin menjalankan makan bergizi ini dengan zero accident, dengan zero kasus keracunan, ini menjadi misi kami. Bayangin ini 1.200 (dapur MBG). Jumlah pengawas kita ini hanya tiga direktur. Dan juga saat ini, hanya sekitar dua puluhan pegawai kita. Nah tentu kita sangat berharap kalaupun ada kasus-kasus yang dianggap ya itu dari bahan pangan, makanya harus kita teliti dulu,” ungkap Tigor.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Bogor mencatat jumlah siswa yang mengalami keracunan akibat menyantap MBG bertambah. Jika sebelumnya tercatat 210 siswa, kini jumlahnya meningkat menjadi 223 siswa dari jenjang TK hingga SMA.
“Korban yang terdata hari ini sebanyak 9 orang, sehingga total korban menjadi 223 orang,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, Selasa (13/5).
Ia menjelaskan bahwa dari 223 siswa tersebut, sebanyak 45 orang dirawat inap, 49 menjalani rawat jalan, dan 129 lainnya mengalami keluhan ringan. Data tersebut masih bisa bertambah seiring proses pendataan lanjutan.
“Dinas Kesehatan terus berkoordinasi dengan sekolah-sekolah yang terpapar jika ada penambahan kasus dan koordinasi dengan rumah sakit untuk penanganan pasien dengan baik,” jelas Sri.
Atas kejadian ini, Pemerintah Kota Bogor telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) sejak Jumat lalu.
“Atas kejadian ini, Pemkot Bogor telah menetapkan status KLB. Jumat itu kita tetapkan KLB supaya siapa pun yang terdampak, terindikasi keracunan silakan berobat ke rumah sakit,” kata Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim.
Penetapan KLB, kata Dedie, dilakukan untuk mempercepat penanganan dan menjamin seluruh korban mendapatkan layanan kesehatan tanpa biaya. (HMS – Lingkartv.com)