EkonomiBisnis

Patahkan Opini Pati Kidul Tidak Sesubur Pati Utara, Petani di Tambakromo Berhasil Panen 10,4 Ton per Hektare

PATI, Lingkartv.com – Target produksi padi 10 ton per hektare yang dicanangkan Bupati Pati Sudewo mulai terwujud di berbagai daerah. Salah seorang di Desa Mangunrekso, Kecamatan Tambakromo. Petani di Tambakromo bernama Suwarno berhasil menghasilkan 10 ton padi per hektare setelah mengikuti bimbingan dari petugas penyuluh pertanian (PPL).

Ketika dikonfirmasi, Camat Tambakromo Mirza Nur Hidayat membenarkan bahwa hasil panen di lahan milik warganya, Suwarno berhasil mencapai 10 ton per hektarenya. Hal itu diketahui saat PPL melakukan pengubinan di lahan padi milik Suwarno.

“Pada waktu pengubinan kemarin, 2,5 meter persegi itu diambil, disample. Itu lahan yang pertama 9 ton, lahan yang kedua (milik Suwarno) ada 10,4 ton,” terang Mirza.

Hal itu sekaligus mematahkan pendapat bahwa area Pati Kidul kurang subur. Menurutnya, target 10 ton per hektare yang jadi program prioritas Bupati Pati Sudewo juga bisa diadopsi dan dikembangkan di Tambakromo. Dengan catatan, proses pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaan padi menggunakan metode yang benar.

“Artinya mematahkan pendapat bahwasanya lahan Pati Kidul itu tidak sesubur Pati Utara. Kita membuktikan, sentuhan ilmu pertanian yang baik, pupuk yang sesuai bisa meningkatkan produktivitas,”tegasnya.

Untuk diketahui, proses penanaman padi di musim taman (MT) 2 ini dilakukan Suwarno berdasarkan ajaran petani asal Karangwage, Kecamatan Trangkil, Sunyoto melalui PPL Tambakromo. Mulai dari pengolahan lahan sebelum tanam hingga masa panen.

Sebelum melakukan penanaman, Suwarno terlebih dulu melakukan pengolahan lahan selama 10 hari dengan cara memberikan pupuk dan obat-obatan. Tujuannya, agar jerami bekas panen di MT 1 terurai dengan baik.

“Dari awal pengolahan bibit, terus pengolahan tanah. Terus setelah pengolahan tanah, setelah jarak 10 hari terus penanaman,” ujar Suwarno pada Minggu, 25 Mei 2025.

Saat proses penanaman, Suwarno menggunakan bibit padi jenis Inpari 32 Pertiwi. Bibit padi tersebut memiliki keunggulan dibandingkan yang lain yakni bulir lebih panjang dan padinya lebih banyak.

“Bibitnya beda, jenisnya beda. Kemarin itu bibitnya Inpari 32 jenisnya pertiwi. Bulirnya itu panjang, sampai 250 butir kalau dihitung,” jelasnya.

Jarak 3 hari setelah penanaman, Suwarno melakukan pemupukan yang pertama kali dengan Urea dan NPK sesuai takaran yang diajarkan. Proses pemupukan yang kedua dan ketiga, Suwarno memberikan jenis pupuk yang sama namun takarannya berbeda.

“Setengah hektare itu ureanya 1 kuintal ditambah NPK 75 kg. Pemupukan kedua itu setelah 20 hari menggunakan Urea lagi 75 dan NPK 75 lagi. Setelah sebulan lebih saya kasih lagi, tapi ureanya saya kurangi untuk menghindari kesuburan,” ungkap dia.

Lebih lanjut, sebelum padi berbuah atau berbulir, Suwarno memberikan pupuk non subsidi jenis ZA untuk memperkuat batang padi. Kemudian, untuk memperbesar dan memperbanyak bulir Suwarno menggunakan pupuk non subsidi, KCL cair.

Selain melakukan pemupukan, Suwarno juga melakukan penyemprotan pestisida dengan obat insektisida dan fungisida. Setiap seminggu sekali, Suwarno selalu melakukan penyemprotan pestisida agar tidak ada serangga maupun jamur yang menyerang padinya.

“Terus setelah itu obat-obatan pestisida itu tiap minggu memang. Yang pertama setelah 10 hari. Untuk mengatasi penyakit padi, ‘kan banyak. Kemarin itu air cukup, terus gulma kok tidak ada,” paparnya.

Metode tersebutlah yang digunakan Suwarno hingga menghasilkan padi 10 ton per hektare jika dikalkulasikan ke hasil panennya di lahan seluas setengah hektare. (Setyo / Lingkartv.com)

Artikel Terkait

Back to top button