
Banyak Pendaki Jatuh dan Cedera, Dokter Ingatkan Pemula Jangan Sok Keren
JAKARTA, LingkarTV.com – Serangkaian insiden pendakian yang terjadi di Gunung Rinjani dalam sebulan terakhir menuai sorotan tajam. Menanggapi hal tersebut, Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Subspesialis Tulang Belakang dr. Andra Hendrianto, Sp.OT(K) mengingatkan pentingnya para pendaki pemula mengetahui batas kemampuan diri sebelum memutuskan naik gunung.
“Nomor satu, tahu diri. Ya betul, sadar diri, sadar kemampuan. Saya akan kembali mengulang-ulang bahwa kita harus tahu batasan diri kita,” kata Andra saat ditemui jurnalis usai menghadiri sebuah konferensi pers di Jakarta, Jumat (18/7/2025).
Andra menyebutkan, banyak pemula terlalu terburu-buru ingin mencapai sesuatu yang sebetulnya belum mampu mereka raih. Menurutnya, pendakian bukan soal pencapaian instan, melainkan proses yang butuh persiapan fisik dan mental secara matang.
“Ini dalam tanda kutip sok keren, jadi sebenarnya itu yang paling harus dihindari. Kita harus tahu batasan kita, bahwa tidak ada proses yang instan,” tegasnya.
Ia menganalogikan kondisi tersebut layaknya orang baru mulai latihan di gym. Kemampuan fisik belum cukup, tetapi langsung memaksakan diri mengangkat beban yang berat demi terlihat mampu.
“Tiba-tiba mau naik Gunung Rinjani atau tiba-tiba mau naik Gunung Everest (jika tidak latihan) tidak akan selamat,” tambahnya.
Andra pun menyarankan, sebelum mendaki gunung, apalagi yang tergolong ekstrem seperti Rinjani, para pemula sebaiknya melatih kemampuan diri secara bertahap agar tubuh terbiasa menghadapi medan berat dan minim risiko cedera seperti patah tulang atau kelelahan parah.
Rentetan Insiden di Gunung Rinjani Jadi Alarm Bahaya
Peringatan tersebut muncul setelah sejumlah pendaki asing mengalami kecelakaan serius di kawasan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, dalam kurun waktu beberapa minggu terakhir.
Kasus pertama terjadi pada Sabtu (21/6), ketika pendaki asal Brasil Juliana Marins, 24 tahun, dilaporkan terjatuh saat hendak menuju puncak. Pencarian dilakukan selama empat hari. Jenazah Juliana ditemukan di kedalaman sekitar 600 meter pada Selasa (24/6) dan baru bisa dievakuasi sehari setelahnya, Rabu (25/6), karena medan yang ekstrem dan cuaca buruk.
Beberapa minggu berselang, pada Rabu (16/7), pendaki asal Swiss, Benedikt Emmenegger, 46 tahun, juga terjatuh saat turun dari puncak ke arah Danau Segara Anak. Saat ditemukan, BE mengalami patah tulang kaki dan luka di kepala. Beruntung, ia berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat. Diketahui, ia memulai pendakian melalui jalur Sembalun sehari sebelumnya, Selasa (15/7).
Selang sehari, pendaki asing kembali jatuh di Rinjani. Korban adalah perempuan asal Belanda yang tinggal di Denmark, Sarah Tamar van Hulten. Ia dilaporkan terjatuh di jalur Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak pada Kamis (17/7/2025).
Pendakian Perlu Persiapan, Bukan Pamer Kemampuan
Rinjani memang terkenal sebagai salah satu destinasi favorit pendaki dari dalam dan luar negeri. Namun, dengan jalur terjal, bibir kaldera sempit, dan cuaca yang cepat berubah, gunung ini bukan medan sembarangan. Dibutuhkan kesiapan fisik, mental, dan pengetahuan dasar tentang survival untuk bisa mendaki dengan aman.
Peringatan dari dr. Andra menjadi pengingat penting, bahwa pendakian adalah perjalanan menaklukkan diri sendiri, bukan ajang pembuktian. (ANT / Lingkartv.com)