ArtikelPendidikan

Menguak Jejak KKN: Program Mahasiswa yang Dipelopori UGM

Lingkartv.comKuliah Kerja Nyata atau KKN sudah menjadi program wajib di hampir semua kampus di Indonesia. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa program ini pertama kali dipelopori Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 1951 sebagai kegiatan bernama PTM atau Pengerahan Tenaga Mahasiswa yang dilaksanakan dengan mengirimkan mahasiswa ke luar Jawa untuk mengajar di Sekolah Lanjutan Atas yang kini disebut SMA. KKN lahir sebagai wujud nyata pengabdian mahasiswa yang diharapkan sebagai agent of changes dalam masyarakat dan menjadi salah satu ciri khas pendidikan tinggi di Indonesia.

Awal Mula KKN: Jawaban Atas Tantangan Pembangunan

Ide KKN (semula bernama PTM) muncul sebagai respons terhadap kesenjangan pembangunan di Indonesia yang saat itu baru seumur jagung. Saat itu, banyak wilayah di Indonesia, terutama pedesaan, masih tertinggal dan minim akses pendidikan serta layanan dasar. Kala itu, fasilitas pendidikan di Indonesia, baik dari segi infrastruktur maupun sumber daya manusia belum semerata dan sebaik saat ini.

Melihat hal itu, UGM merasa perlu mengirim mahasiswa untuk turun langsung ke masyarakat agar bisa membantu pembangunan sekaligus menerapkan ilmu yang mereka dapat di bangku kuliah.

Dicetuskannya Program KKN pada 1971

Singkatnya, kegiatan PTM atau Pengerahan Tenaga Mahasiswa membuahkan hasil yang signifikan bagi perkembangan pembangunan di Indonesia. Maka pada tahun 1971, Direktur Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depikbud), Koesnadi Hardjosoemantri, yang kala itu menjabat, mengusulkan program Kuliah Kerja Nyata mahasiswa sebagai kegiatan intra-kurikuler kampus yang bersifat pilihan.

Mengutip dari laman kkn.ugm.ac.id, Depikbud saat itu hanya menunjuk tiga perguruan tinggi untuk merintis program Kuliah Kerja Nyata, yakni Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Andalas, dan Universitas Hasanudin (Unhas). Dengan pembagian UGM menjadi perintis di wilayah tengah, Universitas Andalas merintis di wilayah barat, dan Universitas Hasanudin merintis di wilayah timur. Ketiga perguruan tinggi ini menjadi tonggak awal pengembangan KKN di Indonesia.

Diperluas di 13 Perguruan Tinggi pada 1972

Pada 1972, program ini diperluas di 13 perguruan tinggi lainnya, seperti Universitas Syiah Kuala, Universitas Sumatera Utara, Universitas Sriwijaya, Universitas Padjajaran, Universitas Udayana, Universitas Lampung, Universitas Diponegoro, Universitas Pattimura, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Brawijaya dan ketiga perguruan tinggi perintis (UGM, Universitas Andalas, dan Universitas Hasanudin).

Pada 1973, dua kegiatan serupa dengan KKN juga diadakan: Bimbingan Massal (Binmas) oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Tenaga Kerja Sukarela (TKS) oleh Badan Urusan Tenaga Sukarela Indonesia (BUTSI). Pengalaman dari program-program ini menjadi masukan penting bagi Depikbud untuk menyempurnakan KKN agar dapat diterapkan menyeluruh di perguruan tinggi Indonesia.

Kewajiban KKN Berbeda di Tiap Kampus

Meski KKN akhirnya menjadi program yang berlaku secara nasional, tidak semua perguruan tinggi mewajibkannya. Beberapa kampus menjadikan Kuliah Kerja Nyata sebagai mata kuliah wajib, sementara lainnya hanya pilihan atau diganti dengan program lain seperti magang. Ini tergantung kebijakan kampus masing-masing.

Hingga hari ini, program KKN terus relevan sebagai wadah bagi mahasiswa untuk berkontribusi nyata di masyarakat. Mahasiswa sebagai agent of changes memiliki peran penting membawa perubahan positif, apalagi di era modern yang menuntut inovasi dan kolaborasi lintas sektor. Kuliah Kerja Nyata bukan hanya kewajiban akademik, tetapi juga momentum untuk berkontribusi nyata bagi kemajuan bangsa, memperkuat kepedulian sosial, dan membentuk karakter mahasiswa yang tangguh menghadapi berbagai rintangan di lapangan. (*)

Sumber: Istimewa

Editor: Luthfia Khoirun Nisa’

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari lingkartv.com

Artikel Terkait

Back to top button