BudayaPeristiwa

Malam 1 Suro: Mitos Kebo Bule di Balik Kirab Sakral Keraton Surakarta

SURAKARTA, Lingkartv.comMalam 1 Suro selalu menjadi momen sakral dan penuh khidmat di Keraton Surakarta. Malam ini menandai pergantian tahun baru Jawa, yang dirayakan dengan prosesi Kirab Pusaka Malam 1 Suro—sebuah tradisi sakral yang menampilkan Kebo Bule. Kebo Bule atau Kebo Kiai Slamet adalah kerbau albino yang disakralkan di Keraton Surakarta Hadiningrat. Hewan ini bukan sembarang kerbau, melainkan simbol spiritual yang dipercaya membawa keberkahan bagi raja dan rakyat. Asal-usul Kebo Bule bermula pada abad ke-18 saat Sultan Pakubuwono II menerima hadiah seekor kerbau albino dari Kiai Ageng Hasan Besari di Tegalsari, Ponorogo. Saat itu, kerajaan Kartasura hancur akibat pemberontakan Geger Pecinan, sehingga Sultan membutuhkan lokasi baru untuk mendirikan keraton.

Diceritakan, kerbau-kerbau bule ini berjalan sendiri hingga berhenti di sebuah tempat yang kini menjadi pusat Keraton Surakarta. Di sanalah kemudian Pakubuwono II membangun keraton baru. Sejak itu, Kebo Bule diyakini sebagai penuntun spritual yang menunjukkan lokasi terbaik untuk mendirikan pusat pemerintahan, serta menjadi simbol keberkahan dan pelindung kerajaan. Dalam tradisi lisan masyarakat Jawa, Kebo Bule dianggap memiliki kekuatan gaib, sehingga kerbau ini diperlakukan sangat istimewa, yaitu tidak boleh disembelih atau diperjualbelikan dan ketika mati akan dikuburkan secara layak seperti manusia.

Kirab Malam 1 Suro: Tradisi Sakral Menyambut Tahun Baru Jawa

Setiap malam 1 Suro—malam tahun baru dalam kalender Jawa—Keraton Surakarta mengadakan prosesi Kirab Pusaka Malam 1 Suro. Kirab ini menjadi puncak penghormatan terhadap Kebo Bule sekaligus simbol pembersihan dan permohonan keselamatan bagi raja, keluarga keraton, dan masyarakat.

Kirab dimulai dengan keluarnya Kebo Bule dari kandangnya di dalam Keraton.

Menariknya, kirab hanya boleh dimulai ketika Kebo Bule menunjukkan “kehendak”-nya untuk berjalan. Jika kerbau ini tidak mau bergerak, prosesi akan menunggu sampai Kebo Bule siap. Hal ini memperkuat keyakinan masyarakat bahwa Kebo Bule memiliki kehendak gaib.

Setelah Kebo Bule bergerak, para abdi dalem membawa pusaka-pusaka keraton seperti keris dan tombak yang dipercaya menyimpan kekuatan spiritual. Pusaka ini diarak mengelilingi kawasan keraton, diikuti rombongan abdi dalem dan masyarakat yang berpakaian adat Jawa lengkap. Semua peserta berjalan kaki tanpa alas, menjaga keheningan atau tapa bisu, dan memusatkan pikiran pada doa serta niat baik untuk tahun yang akan datang.

Tata Cara Kirab yang Sarat Makna

Seluruh peserta kirab diwajibkan memakai busana tradisional Jawa, mulai dari beskap, jarik, hingga blangkon untuk laki-laki, serta kebaya bagi perempuan. Tidak diperkenankan berbicara selama prosesi berlangsung, sebagai simbol pengendalian diri dan penghormatan terhadap leluhur.

Kirab menempuh rute mengelilingi kawasan sekitar alun-alun utara Keraton Surakarta. Sepanjang jalan, suasana sangat khidmat. Ribuan warga dan wisawatan biasanya berkumpul di pinggir rute untuk menyaksikan prosesi ini, berharap bisa mendapat berkah dari kehadiran Kebo Bule—menurut situs Kepustakaan Keraton Nusantara, Kebo Bule ini yang digunakan harus berasal dari keturunan Kebo Bule Kiai Slamet—dan pusaka-pusaka keraton.

Di kalangan masyarakat, kotoran atau bulu-bulu Kebo Bule yang jatuh saat kirab dipercaya membawa keberuntungan, seperti kelancaran rezeki, kemudahan jodoh, hingga kesembuhan penyakit. Ini menunjukkan betapa kuatnya keyakinan masyarakat terhadap nilai sakral Kebo Bule.

Nilai Spiritual dan Sosial Kirab

Kirab Malam 1 Suro bukan hanya menjadi ritual spiritual, tetapi juga menguatkan solidaritas sosial masyarakat. Ribuan orang dati berbagai daerah datang ke Surakarta untuk menyaksikan tradisi ini, bahkan beberapa rela datang dari luar Jawa. Acara ini juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat rasa kebersamaan karena semua kalangan—mulai dari keluarga keraton, abdi dalem, tokoh adat, hingga masyarkat umum—ikut ambil bagian dalam prosesi.

Kebo Bule Sebagai Simbol Identitas Budaya Jawa

Legenda Kebo Bule yang hidup dalam kirab Malam 1 Suro menunjukkan bahwa masyarakat Jawa memiliki cara unik menjaga dan merawat nilai-nilai leluhur. Kebo Bule menjadi simbol ikatan antara raja dan rakyat, serta pengingat sejarah perpindahan pusat kekuasaan dari Kartasura ke Surakarta. Tradisi ini memperlihatkan kesetiaam, kesungguhan dalam merawat budaya dan penghormatan pada simbol-simbol keramat peninggalan leluhur.

Kirab Malam 1 Suro dan keberadaan Kebo Bule menjadi salah satu contoh nyata bagaimana legenda dan budaya lokal tetap lestari karena dijaga dan dipraktikkan secara turun-temurun. Kirab Malam 1 Suro dengan Kebo Bule sebagai tokoh utamanya bukan hanya peristiwa budaya, melainkan ritual sakral yang menggabungkan sejarah, spiritulitas, dan nilai sosial masyarakat Jawa. (*)

Sumber: Istimewa

Editor: Luthfia Khoirun Nisa’

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari lingkartv.com

Artikel Terkait

Back to top button